Kecerdasan buatan atau Artifical Intelligence (AI) saat ini sudah jadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Tidak sedikit kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan oleh AI di berbagai sektor kehidupan.
Dalam dunia kreatif misalnya, seringkali kita melihat bagaimana AI mampu membantu membuat berbagai konten kreatif dalam hitungan detik. Namun, layaknya pisau bermata dua, tersembunyi sisi gelap AI yang kini menjadi ancaman baru di dunia digital: penipuan berbasis AI dengan teknologi deepfake.
Apa itu deepfake?
Berdasarkan artikel dari AI Summer, deepfake adalah teknologi berbasis deep learning yang digunakan untuk membuat rekaman video atau audio palsu yang sangat menyerupai orang aslinya. Cara kerjanya sangat canggih, di mana AI mengumpulkan data seperti wajah dan suara dari target yang dapat diambil dari media sosial, lalu kemudian dilatih untuk mengenali wajah, ekspresi, gaya bicara, bentuk bibir, suara, dan intonasi dari target. Kemudian, setelah mempelajari data aslinya, AI dapat membuat wajah atau suara palsu berdasarkan video/audio target tersebut.
Sebagai pengguna media sosial, kamu pasti udah sering denger soal deepfake, kan? Teknologi yang awalnya seru, bisa bikin video lucu, niru suara artis, bahkan sampai bikin konten kreatif. Namun, ternyata, di tangan orang yang salah, deepfake bisa jadi alat kejahatan digital, salah satunya untuk menipu dan merugikan banyak orang secara finansial.
Deepfake untuk Ajukan Kartu Kredit
Baru-baru ini, terdapat kasus penipuan terbaru di Indonesia, di mana penipu mengajukan pembuatan rekening Kartu Kredit dengan teknologi deepfake AI. Berdasarkan konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat, 7 Februari 2025, penipu menggunakan data pribadi korban yang kemungkinan besar telah bocor, lalu kemudian menggunakan teknologi deepfake untuk menciptakan wajah palsu yang sangat menyerupai wajah korban. Dengan ini, penipu mampu melewati langkah keamanan verifikasi biometrik wajah saat mengajukan Kartu Kredit sehingga kartu dapat berhasil digunakan untuk bertransaksi.
Deepfake untuk Minta Uang dan Data Pribadi
Ingatkah kasus video call palsu Baim Wong yang beredar beberapa waktu lalu di media sosial? Dengan iming-iming giveaway, penipu menggunakan teknologi deepfake untuk meniru wajah dan suara Baim Wong dan melakukan video call untuk mengelabui calon korban agar mentransfer sejumlah uang ke rekening penipu.
Berdasarkan laporan dari PT Indonesia Digital Identity (VIDA), kasus penipuan finansial berbasis AI mengalami peningkatan signifikan sebesar 1.550% sejak 2022 hingga 2024. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengatakan bahwa modus penipuan dengan AI sudah marak di Indonesia, dengan metode deepfake yang menciptakan foto, video, atau audio palsu untuk meyakinkan korban untuk memberikan uang ataupun meminta data pribadi korban.
Bagaimana Cara Menghindarinya?
Teknologi semakin canggih, tapi penipunya juga makin canggih. Kita juga harus lebih canggih dalam menghindarinya. Berikut adalah ciri-ciri video/audio deepfake yang perlu kita pahami:
Berikut beberapa tips menghindari penipuan deepfake:
Kalau kamu gak sengaja angkat telefon atau video call yang mengatasnamakan artis terkenal atau selebriti ternama, yang kemudian minta data pribadi kamu seperti:
Jangan asal percaya! Bisa jadi dia pakai teknologi deepfake untuk mencuri data pribadi kamu dan menggunakan Kartu Kredit kamu.
Melalui modus deepfake, penipu memang bisa menyerupai suara dan wajah dari orang terdekat kamu. Hal Ini yang kemudian bisa menjadi tricky sehingga kamu harus ekstra hati-hati.
Kalau kamu dapat video call atau telepon dari orang terdekatmu yang kemudian minta data pribadi, langsung cek ciri-ciri video/audio deepfake. Selain itu, kamu juga bisa ajukan pertanyaan yang spesifik yang hanya diketahui oleh orang tersebut, untuk mengetahui apakah penelepon tersebut benar dirinya atau hanya penipu.
Two-Factor Authenthication adalah sistem keamanan digital yang mewajibkan pengguna untuk memverifikasi identitasnya dengan dua lapisan sebelum bisa mengakses akun atau melakukan transaksi. Misalnya, ketika kamu bertransaksi secara online dengan Kartu Kredit, kamu akan mendapatkan kode OTP (One Time Password) yang hanya dikirimkan ke nomor kamu. Tanpa kode OTP tersebut, transaksi tidak dapat dilakukan.
Hal ini dapat menjaga data kamu dari identity theft. Apabila ada yang mencuri data kamu, dengan langkah 2FA, langkah verifikasinya berlapis, sehingga penipu tidak dapat langsung mengakses akun atau melakukan transaksi.
Notifikasi transaksi dapat dikirim melalui SMS ataupun email. Aktifkan notifikasi transaksi dan pastikan kamu selalu cek setiap notifikasi transaksi yang masuk supaya kamu dapat segera mengetahui jika ada transaksi mencurigakan yang tidak kamu kamu lakukan.
Hidup dengan teknologi canggih berarti juga hidup dengan segala kemungkinan terburuknya. Edukasi diri tentang bahaya teknologi AI, dan mengenai cara untuk mengenali tanda-tanda penipuan berbasis AI lainnya.
Tips bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan:
Lakukan sesegera mungkin setelah Kartu Kredit-mu hilang atau dicuri. Tujuannya adalah agar datamu tidak dicuri yang mengakibatkan kamu harus membayar sejumlah tagihan yang tidak semestinya.
Selain lapor pada TANYA OCBC, kamu juga bisa langsung blokir kartumu via OCBC mobile. Caranya adalah sebagai berikut:
Blokir Kartu Kredit Permanen
Blokir Kartu Kredit Sementara: